Maju atau tidaknya suatu bangsa dapat ditentukan dari kualitas dan kemerataan sumber daya manusianya. Bangsa yang maju sanggup mengelola dan memaksimalkan kemampuan sumber daya alam yang tersedia. Saat ini tidak semua kalangan sanggup mengenyam pendidikan terpadu yang cukup untuk mengelola sumberdaya yang tersedia.
Pendidikan bukan hanya sekedar transfer ilmu, tetapi juga transfer nilai, dengan adanya transfer ilmu dan nilai-nilai yang baik dimungkinkan manusia menjadi pribadi yang tidak hanya cerdas otaknya, tetapi juga cerdas akhlaknya. Tidak heran jika Allah menyatakan bahwa kepribadian saja belum cukup, ilmu saja juga belum ada artinya, tetapi jika keduanya, antara ilmu dan iman sudah menyatu, maka kepribadian dan ketinggian derajat akan diperoleh manusia.
Firman Allah dalam QS. Al – Mujadilah : 11
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS. al-Mujaadilah: 11).
Hasil riset dari Institut Ilmu Alquran (IIQ) mencatat sekitar 65 persen masyarakat Indonesia buta huruf Al-Qur’an. Tinggi nya angka tersebut salah satu nya karena faktor tidak seimbang nya penyuluh agama Islam, lembaga pendidikan, guru TPA dan masyarakat yang berpengetahauan dasar Al-Qur’an dengan jumlah masyarakat Islam di Indonesia.
REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Tingkat buta huruf Alquran di Indonesia terbilang tinggi. Hasil riset dari Institut Ilmu Alquran (IIQ) akhir pekan lalu mencatat sekitar 65 persen masyarakat Indonesia buta huruf Al-Quran.
Dewan Dawah Islamiyah Indonesia (DDI) menilai, permasalahan tersebut harus menjadi perhatian bagi semua kalangan. “Sungguh sangat mengejutkan dan perlu dibahas dalam penyusunan program Dewan Dawah di tingkat Kabupaten/Kota bahkan Kecamatan,” ujar Ketua DDI, Mohammad Siddik kepada republika.co.id, Jakarta, Rabu (17/1).
Menurutnya, program tersebut harus melibatkan ratusan dai Dewan Dakwah di Indonesia. Usaha pengentasan buta huruf Alquran ini perlu diadakan secara massif dengan kerjasama organisasi dakwah serta takmir masjid.
“Kami harap himbauan ini menjadi pertimbangan dalam merevisi program di wilayah kabupaten, kota dan kecamatan,” ucapnya.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Bimas) Islam Kementerian Agama (Kemenag) RI, Machasin, menilai, untuk mengatasi hal itu diperlukan peran aktif masyarakat. Pemerintah, kata dia, hanya sebatas memfasilitasi. Sebab, membaca Alquran tidak seperti ibadah besar semisal haji, yang penyelenggaraannya wajib dan rutin.
Machasin mengatakan, salah satu cara dari Kemenag untuk meningkatkan tingkat melek Alquran adalah pencanangan program Gerakan Masyarakat Maghrib Mengaji (Gemar Mengaji). Program tersebut terinspirasi dari budaya sebagian besar masyarakat Muslim di Indonesia tempo dulu, yang kerap melakukan amalan tadarus Alquran tiap bada shalat Maghrib.
Artinya : sebaik-baik kamu adalah yang belajar al-qur’an danmengajarkannya (HR Bukhari).
Menyadari hal diatas dan untuk membantu pemerintah dalam hal program pendidikan baik pendidikan umum maupun pendidikan keagamaan, maka Yayasan Cinta Kasih Ummat (Yaciku) membentuk program pendidikan terpadu yang akan bermanfaat bagi masyarakat dan bangsa, yang tertuang diujung Visi Yaciku “Membangun Sumber Daya Manusia (SDM) yang Berkarakter dan Berakhlaq Qurani sesuai dengan tuntunan Ajaran Ilahi”. Salah satunya dengan membentuk Rumah Pemberdayaan dan Tahfidz Quran (RPTQ) Yatim Dhuafa yang kami berinama RPTQ – Yatim Dhuafa Al Furqon. Diharapkan dengan terbentuknya Lembaga/program tersebut dapat menjadi jawaban dan menjadi salah satu solusi dari buta huruf Al-Qur’an, minimal dilingkungan domisili Yaciku dan masyarakat luas pada umum nya terlebih anak – anak yatim dan dhuafa. Guna mensukseskan Program tersebut RPTQ -Yatim Dhuafa Al Furqon mengupayakan bekerjasama dengan Rumah Tahfidz, Pondok Pesantren dan Instansi keagamaan lain nya agar kurikulum dan Teknik-teknik mengajar membaca, menulis dan menghafalkan Al – Qur’an dapat dengan mudah diterapkan.